Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Pengantar Teori Sastra
Dosen: Ening Nanda Rama,
M.pd
Disusun
Oleh:
ZAKI ZULKARNAIN (1601021020)
IRFAN SIREGAR (1601021012)
FAHRUL ROZI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PELITA
BANGSA BINJAI2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada
Allah SWT. atas segala karunia yang tiada henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang memberikan
dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual. Dalam penyusunan makalah
ini, kami banyak sekali mengalami kesulitan karena
kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan.
Kami menyadari sebagai mahasiswa yang pengetahuannya
belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR
ISI..........................................................................................................................ii
BAB I MAKALAH
MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA....1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………….............................….2
1.2 Tujuan Penulisan……………………………………..............................3
1.3 Fokus Penelitian……………………………………...............................4
a. Analisis Karya Sastra Puisi..................................................................51.2 Tujuan Penulisan……………………………………..............................3
1.3 Fokus Penelitian……………………………………...............................4
1. Karya Taufik Ismail (kami muak dan bosan).................................6
2. KH. Mustofa Bisri (Sujud)...........................................................7
3. Charil Anwar (Aku).............................................................8
1.4 Sistematika Penulisan………………………………...............................
BAB II MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA.............9
2.1 Pengertian
Puisi........................................................................................102.2 Unsur-unsur Puisi.....................................................................................11
2.3 Jenis-jenis Puisi........................................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................14
3.1 Simpulan 3.1 Kata Penutup
BAB I
MAKALAH
MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI
INDONESIA
1.1
Latar Belakang Masalah
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió)
= I create) adalah seni tertulis
dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya
untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan
pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan
rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.
Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki
pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang
lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya.
Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang
terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut
menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala
'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam
menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Di Indonesia, puisi
telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair Melayu dan ditulis dengan
huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra
banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia menjadi puisi lama dan
puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih tetap diapresiasi dan
diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi baru juga tidak bisa
melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk dikerjakan.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan
sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan
(kontemplatif).
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan
sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan-tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari puisi
2.
Untuk
mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
3.
Untuk
mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia
1.3 Fokus
Penelitian
Fokus penelitian dalam makalah ini adalah :
1.
Apakah
yang dimaksud dengan puisi?
2.
Unsur-unsur
apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi?
3.
Apa
sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?
a.
Analisis Karya Sastra Puisi
1. Karya Taufik Ismail
(kami muak dan bosan)
Kami
muak dan bosan
Dengarkanlah
kami akan menyanyi lagu yang tak nyaman dihati
Lagu
tentang sebuah negeri dan ngeri
Dahulu
diabad-abad yang silam
Negeri
ini penduduk nya begitu rukun
Pemimpin
nya jujur
Dan
ikhlas memperjuangkan kemerdakaan
Mereka
secara pribadi
Tidak
menumpuk numpuk harta dan kekayaan
Ciri
yang utamayang tampak adalah kesederhanaan
Hubungan
kemanusiaan
bahwa
hubungan kemanusiaan nya adalah
Kesatunan
dan kestia kawanan,
semua
nya ini fondasi nya adalah keimanan
Tapi
kini
negeri
berubah jadi negeri maling, copet, rampot, bandit, dan makelar
Negeri
pemeras penculik penipu penyogok dan kuroptor
Negeri
banyak omong, orang banyak ngomong fitnah kotor
Tukang
dusta jago intrik, dan ingkar janji,
kini, mobil tanah deposito
Relasi
dan kepangkatan,
kini,
politik ideologi kekuasaan disembah sebagai
tuhan,
kini,
Dominasi
mater menggantikan tuhan, kemudian, alkohol, nikotoin, heroin, kokain, sabu, nekstasi,
ganja, dan pornografi hp dam internet
Bagian
dari, syahwat merdeka, seks tanpa aturan,
gaya neoliberal,dan ultraliberal, merajalela,
setiap
lima belas detik seorang bayi di aborsi diujung jalan
jauh disana,
kini,
negeri ini, penuh dnegan wong edan,,,
gendheng, sinting, negeri padat jalma gareloh, urang gilo, keronis nyaris
sempurna, infausta,
jika
mereka dibawa kedepan meja pengadilan
Apa
betul mereka mendapatkan hukuman, ?
divonis
juga tapi diringan ringankan,
bahkan
berpuluh-puluh dibebaskan,
yang
mengelakk dari pengadilan, lari keluar negeri dibiarkan,
semua tergantung kecil besar nya uang sogokan,
di RRC, kuroptor dipotong kepala,
di Arab Saudi, kuroptor dipotong tangan,
di
Indonesia diptong masa tahanan,
kemudian,
kemudian kita lihat berhanyutan pula
nilai-nilai luhur luar biasa tinggi harga nya,
nilai keimanan, kejujuran, rasa malu,
kerja
keras tenggang rasa,
nilai pengorbanantanggung jawab ketertiban,
pengendalian diri,
remuk berkeping-keping,
remuk,
remuk
berkeping-keping, karrakter mulia bangsa
dari barat samapi ketimur,
dari
barat sampai ketimur, berjajar dusta
dusta,
itulah kini indonesia,
sogok menyogok menjadi satuu
itulah kini indonesia,
kami muak,
kami muak dan bosan,
kami
sudah hilang kepercayaan ,
lama,
lama
kami sudah hilang kepercayaan,
hilang
kepercayaan
Analisis; Penulis ingin menyampaikan rasa
ketidak puasani masyarakan akan kinerja pemerintah yang dirasa buruk dan tidak
profesional, seakan-akan hukum yang ada tidak berlaku bagi petingi pemerintahan
yang berpedoman, hukum itu tumpul ke atas tajam kebawah, pemilihan kata yang
sangat polos dan bermakna sangat tajam pada topik permasalahan dengan
perumpamaan yang mudah dimengerti banyak pihak.
Unsur
Intrinsik
Struktur
fisik puisi
·
Diksi
Diksi
adalah makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh
·
Citraan
Berperan sebagai penimbulan pembayangan imajinatif
bagi pembaca
“
dengarlah kami akan menyanyi tentang sebuah negeri dan ngeri”
Bermaksud
untuk mengajak pembaca agar lebih memajukan imajinasinya agar dapat lebih
mengerti apa yang akan di sampaikan
·
Majas (gaya bahasa)
Di
puisi “Kami muak dan bosan” terkandung majas:
Pada baris kedua bait pertama
“Dengarkanlah kami akan menyanyi lagu yang tak nyaman dihati” yaitu majas
Penegasan yaitu majas yang menggunakan kata kiasan untu menyatakan penegasan dengan maksud meningkatkan kesan
dan pengaruh terhadap pendengar atau pembaca
·
Puisi dalam “Kami Muak dan Bosan” secara
keseluruhan didominasi dengan adanya vokal i/, terdapat pada baris 2, 3, 4, 9,
16, 17, 21, 22, 25, 27, 43, dan 53
Misalnya:
“Dengarkanlah
kami”
“akan
menyanyi lagu yang tak nyaman dihati”
“Lagu
tentang sebuah negeri dan ngeri”
Struktur baris puisi
·
Tema
Tema dalam puisi “Kami Muak
dan Bosan” adalah “Kegelisahan”, menceritakan tentang kegelisahan masyarakat
akan kinerja pemerintah yang kurang maksimal
·
Perasaan
Perasaan
yang ditekankan pada puisi ini adalah kesedihan dari penyair
Unsur
ekstrinsik
Kami
Muak dan Bosan adalah sebuah puisi karya Taufik Ismail yang syarat akan
nilai-nilai norma sosial dan realita dipemerintahan. Puisi ini menggambarkan
ungkapan tulus perasaan penulis kepada pembaca yang sangat sama pada
pandangannya dalam kehidupannya sehari-hari
2.
KH. Mustofa Bisri (Sujud)
Bagaimana
kau hendak bersujud pasrah
sedang wajahmu yang bersih sumringah
keningmu yang mulia
dan indah begitu pongah
minta sajadah
agar tak menyentuh tanah.
sedang wajahmu yang bersih sumringah
keningmu yang mulia
dan indah begitu pongah
minta sajadah
agar tak menyentuh tanah.
Apakah
kau melihatnya
seperti iblis saat menolak menyembah bapakmu
dengan congkak,
tanah hanya patut diinjak,
tempat kencing dan berak
membuang ludah dan dahak
atau paling jauh hanya lahan
pemanjaan nafsu
serakah dan tamak.
seperti iblis saat menolak menyembah bapakmu
dengan congkak,
tanah hanya patut diinjak,
tempat kencing dan berak
membuang ludah dan dahak
atau paling jauh hanya lahan
pemanjaan nafsu
serakah dan tamak.
Apakah
kau lupa
bahwa tanah adalah bapak
dari mana ibumu dilahirkan,
tanah adalah ibu yang menyusuimu
dan memberi makan
tanah adalah kawan yang memelukmu
dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang
menuju keabadian.
bahwa tanah adalah bapak
dari mana ibumu dilahirkan,
tanah adalah ibu yang menyusuimu
dan memberi makan
tanah adalah kawan yang memelukmu
dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang
menuju keabadian.
Singkirkan
saja
sajadah mahalmu
ratakan keningmu,
ratakan heningmu,
tanahkan wajahmu,
pasrahkan jiwamu,
biarlah rahmat agung
Allah membelamu
dan terbanglah kekasih bagimu
sajadah mahalmu
ratakan keningmu,
ratakan heningmu,
tanahkan wajahmu,
pasrahkan jiwamu,
biarlah rahmat agung
Allah membelamu
dan terbanglah kekasih bagimu
bagimu kutancapkan kening kebanggaanku
pada rendah tanah, telah kuamankan
sedapat mungkin iman ku
ku selamat-selatmatkan islam ku
kini dengan segala milikmu ini kuserahkan kepadamu allah terimalah
kepala bergengsi yang terhormat ini
dengan kedua mata yang mampu menangkap gerak gerik dunia
kedua telinga yang dapat menyadap gersik gersik berita
hidung yang bisa mencium wangi parfum hingga borok manusia
mulut yang sanggup menyulam kebohongan
jadi kebenaran seperti yang lain hanyalah sepersekian percik tetes anugerahmu
alangkah amat mudah nya engkau
melumatkannya ya allah
sekali engkau lumatkan terbang lah cerdikku terbanglah gengsiku
terbanglah kehormatanku terbanglah kegagahanku terbanglah kebangganku
terbanglah mimpiku terbanglah hidupku
Allah jika terbang-terbanglah
Sekarang aku pasrah asal 50menuju keribaan rahmat mu
Analisis: Melupakan
tujuan hidup manusia yang mengingat dunia dan melaksanakan atau mengejar dunia
secara penuh, terus-menerus tanpa henti, sehingga membuat salah satu keyakinan
akan agama serta kebersamaan menghilang jauh pergi
Unsur Intrinsik
Struktur
fisik puisi
·
Diksi
Diksi
adalah makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh
·
Citraan
Berperan sebagai penimbulan pembayangan imajinatif
bagi pembaca
“tanah
adalah ibu yang menyusuimu dan
memberi makan”
Bermaksud
untuk mengajak pembaca agar lebih memajukan imajinasinya agar dapat lebih
mengerti apa yang akan di sampaikan
·
Majas (gaya bahasa)
Di
puisi “Sujud” terkandung majas:
Pada baris ketiga puluh sembilan “dengan kedua mata yang mampu menangkap gerak gerik dunia”
yaitu majas Sinestesia yaitu majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu
indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya
Puisi
dalam “Sujud” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal u/, terdapat
pada baris 8, 14, 19, 21, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 36, 37, 44, 46, 47,
48, dan 50
Misalnya:
“sajadah mahalmu”
“ratakan keningmu”
“ratakan heningmu”
“tanahkan wajahmu”
“pasrahkan jiwamu”
“ratakan keningmu”
“ratakan heningmu”
“tanahkan wajahmu”
“pasrahkan jiwamu”
Struktur baris puisi
·
Tema
Tema
dalam puisi “Sujud” adalah “Ketuhanan”, menceritakan tentang manusia yang
mengajak sesama nya merendahkan diri terhadap tuhannya
·
Perasaan
Perasaan
yang ditekankan pada puisi ini adalah ketakutan dari penyair
Unsur ekstrinsik
Sujud adalah sebuah puisi
karya KH. Mustofa Bisri yang mengandung nilai-nilai agama dan realita kehidupan.
Puisi ini menggambarkan ungkapan takut
penulis agar tercipta nya rendah diri pembaca atau pendengar nya
3. Charil Anwar (Aku)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Analisis:
motivasi hidup manusia terhadap keteguhan menjalani masalah dunia
Unsur Intrinsik
Struktur
fisik puisi
·
Diksi
Diksi
adalah makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh
·
Citraan
Berperan sebagai penimbulan pembayangan imajinatif
bagi pembaca
“Aku ini binatang jalang ”
Bermaksud
untuk mengajak pembaca agar lebih memajukan imajinasinya agar dapat lebih
mengerti apa yang akan di sampaikan
·
Majas (gaya bahasa)
Di
puisi “Aku” terkandung majas:
Pada baris kelima “Aku ini binatang jalang”
yaitu majas Hiperbola yaitu majas yang menggunakan kata secara berlebihan
·
Puisi dalam “Aku” secara keseluruhan
didominasi dengan adanya vokal u/, terdapat pada baris 1, 2, 3, 4,
7 dan vokal i/, terdapat pada baris 9, 10, 11, 12, 13
Misalnya:
Vokal
u/, “Kalau sampai
waktuku”
Vokal i/, “Luka dan bisa
kubawa berlari”
Struktur baris puisi
·
Tema
Tema
dalam puisi “Aku” adalah “Keberanian”, menceritakan tentang keberanian dalam
berjuang meskipun banyak resiko yang dihadapi
·
Perasaan
Perasaan
yang ditekankan pada puisi ini adalah Semangat dari penyair
Unsur
ekstrinsik
Kami
Muak dan Bosan adalah sebuah puisi karya Taufik Ismail yang syarat akan
nilai-nilai norma sosial dan realita dipemerintahan. Puisi ini menggambarkan
ungkapan tulus perasaan penulis kepada pembaca yang sangat sama pada
pandangannya dalam kehidupannya sehari-hari
1.4 Sistematika
Penulisan
Makalah ini saya susun dalam tiga bab, yang
tiap-tiap babnya terdiri atas :
BAB I MAKALAH
MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA
Latar
Belakang Masalah
Tujuan
Penulisan
Fokus
Penelitian
Sistematika Penulisan
BAB II
MENGANALISIS JENIS
KARYA SASTRA PUISI INDONESIA
2.1 Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi berasal dari
bahasa Yunani yaitu dari kataPoesis yang artinya penciptaan. Dalam
bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat
dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coluter
(dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal
dari Yunan yang berarti membuat atau mencipta.
Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti
imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka
kepad dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang
sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran
yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo,
1993: 7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar
tentang puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan
pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampur-baur.
Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984),
puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang,
1980: 9), Mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat
artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan
bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun
sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan
bahwa puisi adalah kata-kata yang teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang,
1980:8), menyatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata
sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirja (1980: 9),
menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan
makna yang samar dimana kata-katanya condong pada kata konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran secara
imajinasi dan disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinya.
Ada juga yang mengatakan
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat
pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling
berkesan.
2.2
Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Puisi
Unsur-unsur
puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
1.
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman
yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga
baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2.
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya, karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
3.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual),
dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4.
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap
dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan
kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan
lain-lain.
5.
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun
macam-macam majas antara lain : Metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
Rima mencakup:
1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/
yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma
merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat
menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk
puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan
nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan
penyair kepada pembaca.
2.3 Jenis-Jenis Puisi
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara
lain :
1.
Jumlah
kata dalam 1 baris
2.
Jumlah
baris dalam 1 bait
3.
Persajakan
(rima)
4.
Banyak
suku kata tiap baris
5.
Irama
Ciri-Ciri puisi lama:
1.
Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.
Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3.
Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Puisi
Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun
ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) :
4-5 suku kata.
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara
umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu
menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer
dapat diartikan sebagai puisi yang lahir
dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata
yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan,
dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil
sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum
Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra
dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
1.
Mantra
bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
2.
Mantra
berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
3.
Mantra
mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak
pada perintah.
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak
mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang
umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang
menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya
yaitu Remy Silado, lembar
tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling
tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional
ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima)
pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi
atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku
kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen;
meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
2.2
Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Puisi
Unsur-unsur
puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
1.
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman
yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga
baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2.
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya, karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
3.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual),
dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4.
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap
dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan
kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan
lain-lain.
5.
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun
macam-macam majas antara lain : Metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
Rima mencakup:
1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/
yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan
tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan
nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan
penyair kepada pembaca.
2.3 Jenis-Jenis Puisi
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara
lain :
1.
Jumlah
kata dalam 1 baris
2.
Jumlah
baris dalam 1 bait
3.
Persajakan
(rima)
4.
Banyak
suku kata tiap baris
5.
Irama
Ciri-Ciri puisi lama:
1.
Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.
Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah
baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Puisi
Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun
ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) :
4-5 suku kata.
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara
umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu
menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer
dapat diartikan sebagai puisi yang lahir
dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional
puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang
memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan
lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil
sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum
Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra
dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
1.
Mantra
bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
2.
Mantra
berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
3.
Mantra
mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak
pada perintah.
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak
mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang
umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang
menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya
yaitu Remy Silado, lembar
tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling
tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional
ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima)
pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi
atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku
kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen;
meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
BAB III
Penutup
3.1 Simpulan
Dalam
menganalisis sebuah puisi tidaklah bisa dikatakan mudah atau sulit namun
mengikuti struktur yang telah ada. Kita harus mengahayati dan meresapi terlebih
dahulu agar mengerti apakah pesan yang tersirat dalam sebuah karya sastra.
3.1 Kata Penutup
Demikianlah makalah yang kami kerjakan ini, apabila didalam pengerjaan
makalah ini terjadi kesalahan makna mohon saran maupun kritik dan kepada
pembaca kami mohon maaf serta kepada tuhan kami mohon ampun, dikarenakan kami
masih tahap pembelajaran dan membutuhkan bimbingan .
Semoga bermanfaat
disaat ini maupun dikemudian hari.
Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih, dan kami akhiri dengan
Wasalamualaikum
No comments:
Post a Comment
Berbahasa dan bertanya yang baik dan benar sesuai Bahasa Indonesia yang Disempurnakan