Thursday, 5 January 2017

Makalah struktur dan menganalisis karya sastra puisi


MAKALAH STRUKTUR DAN ANALISIS KARYA SASTRA PUISI
 


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Pengantar Teori Sastra
     Dosen: Ening Nanda Rama, M.pd






Disusun Oleh: 




ZAKI ZULKARNAIN (1601021020) 
IRFAN SIREGAR        (1601021012)
 FAHRUL ROZI



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PELITA BANGSA BINJAI
2016


KATA PENGANTAR


          Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia yang tiada henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali mengalami kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan.

          Kami menyadari sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.

            Kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amin. 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii


BAB   I        MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI  INDONESIA....1
1.1                   Latar Belakang Masalah…………………………..............................2 
1.2               Tujuan Penulisan……………………………………..............................3
1.3
               Fokus Penelitian……………………………………...............................4
a. Analisis Karya Sastra Puisi..................................................................5
1. Karya Taufik Ismail (kami muak dan bosan).................................6
2. KH. Mustofa Bisri   (Sujud)...........................................................7
3. Charil Anwar            (Aku).............................................................8
1.4               Sistematika Penulisan………………………………...............................


BAB   II       MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA.............9
2.1         Pengertian Puisi........................................................................................10
2.2         Unsur-unsur Puisi.....................................................................................11
2.3         Jenis-jenis Puisi........................................................................................12


BAB   III     PENUTUP........................................................................................................14
3.1       Simpulan        

3.1       Kata Penutup
 

BAB I
MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI
INDONESIA


1.1    Latar Belakang Masalah

Puisi (dari bahasa Yunani kunoποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair Melayu dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk dikerjakan.


1.2    Tujuan Penulisan

Tujuan-tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari puisi
2.      Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia
1.3    Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam makalah ini adalah :
1.      Apakah yang dimaksud dengan puisi?
2.      Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi?
3.      Apa sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?
a. Analisis Karya Sastra Puisi
1. Karya Taufik Ismail (kami muak dan bosan)
Kami muak dan bosan
Dengarkanlah kami akan menyanyi lagu yang tak nyaman dihati
Lagu tentang sebuah negeri dan ngeri
Dahulu diabad-abad yang silam
Negeri ini penduduk nya begitu rukun
Pemimpin nya jujur
Dan ikhlas memperjuangkan kemerdakaan
Mereka secara pribadi
Tidak menumpuk numpuk harta dan kekayaan
Ciri yang utamayang tampak adalah kesederhanaan
Hubungan kemanusiaan
bahwa hubungan kemanusiaan nya adalah
Kesatunan dan kestia kawanan,
semua nya ini fondasi nya adalah keimanan
Tapi kini
negeri berubah jadi negeri maling, copet, rampot, bandit, dan makelar
Negeri pemeras penculik penipu penyogok dan kuroptor
Negeri banyak omong, orang banyak ngomong fitnah kotor
Tukang dusta jago intrik, dan ingkar janji,
kini, mobil tanah deposito
Relasi dan kepangkatan,
 kini,
 politik ideologi kekuasaan disembah sebagai tuhan,
 kini,
Dominasi mater menggantikan tuhan, kemudian, alkohol, nikotoin, heroin, kokain, sabu, nekstasi, ganja, dan pornografi hp dam internet
Bagian dari, syahwat merdeka, seks tanpa aturan,
 gaya neoliberal,dan ultraliberal, merajalela,
setiap lima belas detik seorang bayi di aborsi diujung jalan
 jauh disana,
 kini,
 negeri ini, penuh dnegan wong edan,,, gendheng, sinting, negeri padat jalma gareloh, urang gilo, keronis nyaris sempurna, infausta,
jika mereka dibawa kedepan meja pengadilan
Apa betul mereka mendapatkan hukuman, ?
divonis juga tapi diringan ringankan,
bahkan berpuluh-puluh dibebaskan,
yang mengelakk dari pengadilan, lari keluar negeri dibiarkan,
 semua tergantung kecil besar nya uang sogokan,
 di RRC, kuroptor dipotong kepala,
 di Arab Saudi,  kuroptor dipotong tangan,
di Indonesia diptong masa tahanan,
kemudian,
 kemudian kita lihat berhanyutan pula
 nilai-nilai luhur luar biasa tinggi harga nya,
 nilai keimanan, kejujuran, rasa malu,
kerja keras tenggang rasa,
 nilai pengorbanantanggung jawab ketertiban,
 pengendalian diri,
 remuk berkeping-keping,
remuk,
remuk berkeping-keping, karrakter mulia bangsa
 dari barat samapi ketimur,
dari barat sampai ketimur, berjajar  dusta dusta,
 itulah kini indonesia,
 sogok menyogok menjadi satuu
          itulah kini indonesia,
 kami muak,
 kami muak dan bosan,
kami sudah hilang kepercayaan ,
 lama,
lama kami sudah hilang kepercayaan,
hilang kepercayaan
  Analisis; Penulis ingin menyampaikan rasa ketidak puasani masyarakan akan kinerja pemerintah yang dirasa buruk dan tidak profesional, seakan-akan hukum yang ada tidak berlaku bagi petingi pemerintahan yang berpedoman, hukum itu tumpul ke atas tajam kebawah, pemilihan kata yang sangat polos dan bermakna sangat tajam pada topik permasalahan dengan perumpamaan yang mudah dimengerti banyak pihak.
            Unsur Intrinsik
Struktur fisik puisi
·        Diksi
Diksi adalah makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh
·        Citraan
Berperan  sebagai penimbulan pembayangan imajinatif bagi pembaca
“ dengarlah kami akan menyanyi tentang sebuah negeri dan ngeri”
Bermaksud untuk mengajak pembaca agar lebih memajukan imajinasinya agar dapat lebih mengerti apa yang akan di sampaikan
·        Majas (gaya bahasa)
Di puisi “Kami muak dan bosan” terkandung majas:
            Pada baris kedua bait pertama “Dengarkanlah kami akan menyanyi lagu yang tak nyaman dihati” yaitu majas Penegasan yaitu majas yang menggunakan kata kiasan untu menyatakan  penegasan dengan maksud meningkatkan kesan dan pengaruh terhadap pendengar atau pembaca
·        Puisi dalam “Kami Muak dan Bosan” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal i/, terdapat pada baris 2, 3, 4, 9, 16, 17, 21, 22, 25, 27, 43, dan 53
Misalnya:
“Dengarkanlah kami”
“akan menyanyi lagu yang tak nyaman dihati”
“Lagu tentang sebuah negeri dan ngeri”
Struktur baris puisi
·        Tema
Tema dalam puisi “Kami Muak dan Bosan” adalah “Kegelisahan”, menceritakan tentang kegelisahan masyarakat akan kinerja pemerintah yang kurang maksimal
·        Perasaan
Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah kesedihan dari penyair

            Unsur ekstrinsik
Kami Muak dan Bosan adalah sebuah puisi karya Taufik Ismail yang syarat akan nilai-nilai norma sosial dan realita dipemerintahan. Puisi ini menggambarkan ungkapan tulus perasaan penulis kepada pembaca yang sangat sama pada pandangannya dalam kehidupannya sehari-hari

2. KH. Mustofa Bisri  (Sujud)
Bagaimana kau hendak bersujud pasrah
sedang wajahmu yang bersih sumringah
keningmu yang mulia
dan indah begitu pongah
minta sajadah
agar tak menyentuh tanah.
Apakah kau melihatnya
seperti iblis saat menolak menyembah bapakmu
dengan congkak,
tanah hanya patut diinjak,
tempat kencing dan berak
membuang ludah dan dahak
atau paling jauh hanya lahan
pemanjaan nafsu
serakah dan tamak.
Apakah kau lupa
bahwa tanah adalah bapak
dari mana ibumu dilahirkan,
tanah adalah ibu yang menyusuimu
dan memberi makan
tanah adalah kawan yang memelukmu
dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang
menuju keabadian.
Singkirkan saja
sajadah mahalmu
ratakan keningmu,
ratakan heningmu,
tanahkan wajahmu,
pasrahkan jiwamu,
biarlah rahmat agung
Allah membela
mu
dan terbanglah kekasih
bagimu
bagimu kutancapkan kening kebanggaanku
pada rendah tanah, telah kuamankan
sedapat mungkin iman ku
ku selamat-selatmatkan islam ku
kini dengan segala milikmu ini kuserahkan kepadamu allah terimalah
kepala bergengsi yang terhormat ini
dengan kedua mata yang mampu menangkap gerak gerik dunia
kedua telinga yang dapat menyadap gersik gersik berita
hidung yang bisa mencium wangi parfum hingga borok manusia
mulut yang sanggup menyulam kebohongan
jadi kebenaran seperti yang lain hanyalah sepersekian percik tetes anugerahmu
alangkah amat  mudah nya engkau melumatkannya ya allah
sekali engkau lumatkan terbang lah cerdikku terbanglah gengsiku
terbanglah kehormatanku terbanglah kegagahanku terbanglah kebangganku
terbanglah mimpiku terbanglah hidupku
Allah jika terbang-terbanglah
Sekarang aku pasrah asal 50menuju keribaan rahmat mu
Analisis: Melupakan tujuan hidup manusia yang mengingat dunia dan melaksanakan atau mengejar dunia secara penuh, terus-menerus tanpa henti, sehingga membuat salah satu keyakinan akan agama serta kebersamaan menghilang jauh pergi
Unsur Intrinsik
Struktur fisik puisi
·        Diksi
Diksi adalah makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh
·        Citraan
Berperan  sebagai penimbulan pembayangan imajinatif bagi pembaca
            tanah adalah ibu yang menyusuimu dan memberi makan
Bermaksud untuk mengajak pembaca agar lebih memajukan imajinasinya agar dapat lebih mengerti apa yang akan di sampaikan
·        Majas (gaya bahasa)
Di puisi “Sujud” terkandung majas:
            Pada baris ketiga puluh sembilan “dengan kedua mata yang mampu menangkap gerak gerik dunia” yaitu majas Sinestesia yaitu majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya
Puisi dalam “Sujud” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal u/, terdapat pada baris 8, 14, 19, 21, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 36, 37, 44, 46, 47, 48, dan 50
Misalnya:
sajadah mahalmu
ratakan keningmu”
ratakan heningmu
tanahkan wajahmu
pasrahkan jiwamu
Struktur baris puisi
·        Tema
Tema dalam puisi “Sujud” adalah “Ketuhanan”, menceritakan tentang manusia yang mengajak sesama nya merendahkan diri terhadap tuhannya
·        Perasaan
Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah ketakutan dari penyair

Unsur ekstrinsik
Sujud adalah sebuah puisi karya KH. Mustofa Bisri yang mengandung nilai-nilai agama dan realita kehidupan. Puisi ini menggambarkan ungkapan takut  penulis agar tercipta nya rendah diri pembaca atau pendengar nya
3. Charil Anwar           (Aku)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Analisis: motivasi hidup manusia terhadap keteguhan menjalani masalah dunia
Unsur Intrinsik
Struktur fisik puisi
·        Diksi
Diksi adalah makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh
·        Citraan
Berperan  sebagai penimbulan pembayangan imajinatif bagi pembaca
Aku ini binatang jalang
Bermaksud untuk mengajak pembaca agar lebih memajukan imajinasinya agar dapat lebih mengerti apa yang akan di sampaikan
·        Majas (gaya bahasa)
Di puisi “Aku” terkandung majas:
            Pada baris kelima “Aku ini binatang jalang” yaitu majas Hiperbola yaitu majas yang menggunakan kata secara berlebihan
·        Puisi dalam “Aku” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal u/,  terdapat pada baris 1, 2,  3, 4,  7 dan vokal i/, terdapat pada baris 9, 10, 11, 12, 13
Misalnya:
Vokal u/, “Kalau sampai waktuku
Vokal i/, “Luka dan bisa kubawa berlari

Struktur baris puisi
·        Tema
Tema dalam puisi “Aku” adalah “Keberanian”, menceritakan tentang keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang dihadapi
·        Perasaan
Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah Semangat dari penyair

            Unsur ekstrinsik
Kami Muak dan Bosan adalah sebuah puisi karya Taufik Ismail yang syarat akan nilai-nilai norma sosial dan realita dipemerintahan. Puisi ini menggambarkan ungkapan tulus perasaan penulis kepada pembaca yang sangat sama pada pandangannya dalam kehidupannya sehari-hari

1.4    Sistematika Penulisan
Makalah ini saya susun dalam tiga bab, yang tiap-tiap babnya terdiri atas :
BAB I MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA
         Latar Belakang Masalah
         Tujuan Penulisan
         Fokus Penelitian
         Sistematika Penulisan
  

BAB II
MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA

2.1  Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kataPoesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poetColuter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunan yang berarti membuat atau mencipta.
Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993: 7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980: 9), Mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang, 1980:8), menyatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirja (1980: 9), menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang samar dimana kata-katanya condong pada kata konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran secara imajinasi dan disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.
2.2 Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
1.       Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2.       Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya, karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3.       Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4.       Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
5.       Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
6.       Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Rima mencakup:
1.     Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2.     Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3.     Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
  Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
  Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
  Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
  Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

2.3 Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1.       Jumlah kata dalam 1 baris
2.       Jumlah baris dalam 1 bait
3.       Persajakan (rima)
4.       Banyak suku kata tiap baris
5.       Irama
Ciri-Ciri puisi lama:
1.       Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.       Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3.       Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
    Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
1.             Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
2.             Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
3.             Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
    Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.

Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.

 Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
2.2 Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
1.       Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2.       Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya, karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3.       Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
4.       Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
5.       Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
6.       Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Rima mencakup:
1.     Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2.     Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3.     Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi. 



Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
  Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
  Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
  Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
  Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

2.3 Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1.       Jumlah kata dalam 1 baris
2.       Jumlah baris dalam 1 bait
3.       Persajakan (rima)
4.       Banyak suku kata tiap baris
5.       Irama
Ciri-Ciri puisi lama:
1.       Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.       Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3.       Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
    Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
1.             Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
2.             Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
3.             Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
    Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.

 Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).

BAB III
Penutup

3.1       Simpulan
Dalam menganalisis sebuah puisi tidaklah bisa dikatakan mudah atau sulit namun mengikuti struktur yang telah ada. Kita harus mengahayati dan meresapi terlebih dahulu agar mengerti apakah pesan yang tersirat dalam sebuah karya sastra.

3.1       Kata Penutup
Demikianlah makalah yang kami kerjakan ini, apabila didalam pengerjaan makalah ini terjadi kesalahan makna mohon saran maupun kritik dan kepada pembaca kami mohon maaf serta kepada tuhan kami mohon ampun, dikarenakan kami masih tahap pembelajaran dan membutuhkan bimbingan .
Semoga bermanfaat disaat ini maupun dikemudian hari.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih, dan kami akhiri dengan
           Wasalamualaikum  

No comments:

Post a Comment

Berbahasa dan bertanya yang baik dan benar sesuai Bahasa Indonesia yang Disempurnakan