KESUSASTRAAN INDONESIA DI MASA JEPANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pengantar Teori Sastra
Dosen: Ening Nanda Rama, M.pd
Disusun Oleh:
ZAKI ZULKARNAIN (1601021020)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PELITA
BANGSA BINJAI
2017
Kata
Pengantar
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “KESUSASTRAAN INDONESIA DI MASA JEPANG”.
Makalah ini berisikan tentang
kesusastraan Indonesia di masa Jepang yang akan kami bahas secara lebih dalam,
karena selain kita perlu memahami dan mengertikan apa itu sastra, kita juga
perlu mengetahui sejarah sastra di Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini
lebih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir.
Semoga dari makalah ini, kita dapat
menambah pengetahuan mengenai Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar
....................................................................................
i
Daftar Isi
.............................................................................................
ii
BAB I
Pendahuluan
........................................................................................1
1.1 Latar belakang
..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
........................................................................2
1.3 Tujuan
...........................................................................................2
BAB II
Pembahasan
........................................................................................3
2.1 Latar Belakang Historis
................................................................3
2.2 Kegiatan Bahasa dan Kesusastraan di Masa
Jepang ....................6
2.3 Kegiatan Kesenian
........................................................................7
2.4 Ciri Karya Sastra dalam Masa Jepang
..........................................8
2.4.1 Ciri-ciri Berdasarkan Tema ...........................................8
2.4.2 Ciri Karya Sastra Berdasarkan Bentuk ..........................10
2.5 Beberapa Sastrawan dan Karyanya
..............................................11
BAB III
Kesimpulan .........................................................................................19
Daftar pustaka
.....................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman Jepang
yang relatif singkat ternyata menghasilkan karya-karya sastra yang perlu
mendapat perhatian tersendiri, sastra Indonesia di masa Jepang berlangsung
kurang lebih 3,5 tahun; waktu yang amat singkat bagi pertumbuhan suatu
kebudayaan. Akan tetapi, dilihat dari peranan sastra masa itu bagi perkembangan
selanjutnya, maka sastra Indonesia di masa Jepang perlu diberi tempat
tersendiri dalam sejarah sastra Indonesia. Jassin menganggap bahwa zaman Jepang
adalah masa pemasakan jiwa revolusi, yang kemudian meletus pada tanggal 17
Agustus 1945. Dilihat dari pertumbuhan kebudayaan Indonesia, zaman Jepang
adalah penempaan pengalaman hidup dengan berbagai penderitaan sehingga
memungkinkan timbulnya keragaman dan kedewasaan sastra kemudian.
Banyak
pengarang Angkatan 45 yang mulai berakar pada sastra Indonesia di masa Jepang
antara lain Chairil Anwar, Idrus, Rosihan Anwar, Usmar Ismail, dan lain-lain.
Walaupun demikian, sastra Indonesia di masa Jepang tidak perlu dipandang
sebagai suatu angkatan tersendiri karena pada hakikatnya pada masa itu tidak
ada satu konsepsi atau ide yang jelas yang hendak diperjuangkan oleh para
pengarang, yang tentunya dapat dilihat atau yang tercermin dalam karya sastra
mereka. Memang ada perbedaan gaya bahasa, sikap, dan pandangan hidup, dibandingkan
dengan sastra sebelum perang, tetapi semua itu tidak bersumber pada adanya
kesamaan konsepsi para pengarang pada masa itu.
Dalam
pembicaraan ini yang dimaksud dengan kesusastraan di masa Jepang ialah kegiatan
dan cipta satra yang terwujud dalam masa Jepang, dan mempunyai sifat-sifat khas
masa tersebut. Sifat khas ini tampak pada tema karangan, suasana cerita,
istilah-istilah khas yang hanya terdapat dalam masa Jepang, demikian juga
motto, semboyang-semboyang, yang di luar masa Jepang ini menunjukkan adanya
tendens Jepang tidak pernah terdengar lagi. Oleh karena itu secara singkat
dapat dikatakan bahwa kesusastraan di masa Jepang ini menunjukkan adanya
tendens zaman.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
Dalam
Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang yang akan dibahas antara lain sebagai
berikut:
A.
Bagaimana
Latar Belakang Historis di Masa Jepang?
B.
Bagaimana
Kegiatan Bahasa dan Kesusastraan di Masa Jepang?
C.
Bagaimana
Kegiatan Kesenian di Masa Jepang?
D.
Bagaimana
Ciri Karya Sastra dalam Masa Jepang?
E.
Beberapa
Sastrawan dan Karyanya
1.3 Tujuan
Dalam pembahasan makalah ini
bertujuan untuk memahami dan mengetahui sastra pada masa pendudukan jepang,
mengenal sastrawan dan karya sastranya pada masa itu, serta memahami
ciri-ciri dari sastra pada masa penjajahan jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang
2.1 Latar Belakang Historis
Pada umumnya orang berpedoman pada pengertian bahwa kesusastraan merupakan
cermin kehidupan masyarakat yang memilki kesusastraan tersebut. Hal yang
tercermin dalam karya sastra mencakup segi kehidupan yang amat luas, tetapi
semua berhubungan dengan pergolakan psikis masyarakat tersebut, misalnya
norma-norma kehidupan yang menimbulkan corak tata-kehidupan, perubahan
pandangan hidup, konsepsi-konsepsi ide, cita-cita perjuangan hidup masyarakat,
pasang surut gelora emosional, perkembangan keyakinan dan kepercayaan hidup,
dan sebagainya.
Sebelum Jepang datang di Indonesia, kemenangan-kemenangan perangnya yang
gilang-gemilang dalam perang pasifik menggugah harapan-harapan baru kita.
Gelora cita-cita kemerdekaan yang mengendap karena pemimpin-pemimpin pergerakan
banyak yang diberangus oleh pemerintah jajahan (karena pembrontakan PKI tahun
1927, banyak pemimpin dipenjara atau diasingkan) dengan mendadak meluap
kembali. Dalam hati bangsa Indonesia tumbuh harapan-harapan baru, yang
berdasarkan analisis situai makin jelas, bahwa kekuatan penjajah Belanda berada
di ambang keruntuhan.
Menghadapi akan datangnya Jepang yang sudah dapat dipastikan, para pemimpin
pergerakan kemerdekaan sudah mengadakan kata sepakat sebagai pedoman untuk
bertindak, yaitu menggunakan taktik ganda:
1. Bekerja
bersama dengan Jepang atas dasar semboyang Jepang: Nipon-Indonesia sama-sama.
2. Melaksanakan
kegiatan pergerakan di bawah tanah.
Kedatangan bala tentara Jepang pada
tahun 1942 disambut meriah oleh rakyat Indonesia. Rakyat mengira, datangnya
Jepang akan benar-benar mengakhiri masa penjajahan di Indonesia. Mulailah
rakyat berramai-ramai menkibarkan bendera kebangsaan (Merah-Putih) dan
mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Rasa simpati bangsa Indonesia
kepada Jepang tumbuh secara spontan, tampa perasaan curiga sedikit pun.
Demikian juga rasa kagum, bangga, dan hormat, melihat perlengkapan perang
Jepang yang amat modern, serta kemampuan, keberanian, dan semangatnya dalam
berperang.
3
3
Dalam menghadapi kenyataan seperti
tersebut di atas Jepang yang tahu benar harapan dan pergolakan jiwa rakyat,
berusaha memantapkan rasa simpati dan kekaguman bangsa Indonesia. Berkibarnya
Sang Merah Putih dan berkumandangnya Indonesia Raya dibiarkan saja. Kecuali
itu, dilancarkan semboyang-semboyang besar:
a) Nipon-Indonesia
sama-sama
b) Nipon
pemimpin Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya Asia (doktrin tiga A)
c) Nipon
saudara tua
d) Kemenangan
harus di pihak kita, untuk kemakmuran bersama, dan masih banyak lagi.
Setelah pasukan Jepang cukup kuat
dan cukup banyak, mulialah Jepang mengatur kekuasaan dan pemerintahan. Tindakan
yang mula-mula diambil, dengan dalih untuk kesatuan tindak dalam masa perang,
maka:
a.
Merah Putih
tidak boleh dikibarkan, dan digunakan bendera tunggal yaitu Hinomaru
b. Lagu
Indonesia Raya tidak usah dinyanyikan dulu, ckup satu saja, yaitu Kimigayo.
c.
Penerbitan
(pers) dilarang, kecuali pers pemerintah Jepang.
d. Perkumpulan-perkumpulan
yang bersifat kebangsaan dilarang (dibekukan) kegiatannya, dan dibentuklah
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang pimpinannya diserahkan pada empat serangkai:
Ir. Soekarno, Drs. Muhamad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mansur.
Rupanya, Jepang segera menangkap
tanda-tanda, bahwa gerakan Putera akan mengarah ke jurusan yang tidak
diinginkan oleh Jepang. Karena itu segera diganti dengan Gerakan Kebangkitan
Rakyat Jawa, yang disebut Jawa Hookokai. Badan ini menjadi alat Jepang
untuk dapat mengerahkan segala dana dan daya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia untuk keperluan peperangannya.
Tindakan-tindakan Jepang pada masa
awal kekuasaannya ini menimbulkan tanda tanya dalam hati bangsa Indonesia, yang
kemudian mengembang menjadi perasaan sangsi terhadap kejujuran janji-janji
Jepang, dan orang mulia curiga dengan tindakan Jepang. Mulailah timbul kegiatan
menyusun kekuatan melalui gerakan di bawah tanah.
Dalam kekuasaan yang lebih mantap,
pemerintahan Jepang di Indonesia merupakan penjajah baru, yang jauh lebih kejam
dan jauh lebih tidak berperikemanusiaan dibandingkan dengan penjajah Belanda.
Karena zaman penjajahan Jepang menimbulkan kesengsaraan yang tidak ada
bandingannya dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Dalam kehidupan yang
serba tertekan ini, mengembanglah perasaan kecewa, benci, dendam, marah, gelora
untuk membrontak, tetapi tidak memiliki tenaga yang mampu untuk mewujudkannya.
6
Hikmah yang diperoleh oleh bangsa Indonesia
dalam penderitaannya yang luar biasa di masa Jepang ternyata besar sekali. Jiwa
bangsa Indonesia tertempa dan membaja. Keberania mecapai titik puncaknya, yaitu
berani mati jika dianggap perlu untuk melepaskan diri dari penderitaannya.
Hasrat untuk merdeka makin jelas dan menggelora. Segala kemampuan dan
keterampilan dicoba dikembangkan untuk merebut kemerdekaan dan melepaskan diri
dari kesengsaraan. Akhirnya bangsa Indonesia sanggup berhadapan dengan Jepang,
dengan peralatan yang sama sekali tidak imbang, juga sanggup menghadapi
datangnya tentara sekutu yang mengembalikan kekuasaan penjajahandi Indonesia.
2.2 Kegiatan Bahasa dan Kesusastraan di Masa Jepang
Majalah pujangga baru yang merupakan alat penting
untuk membina bahasa kesusastraan Indonesia, pada tahun 1942 dilarang terbit
oleh Jepang. Rupanya Jepang ingin mendayagunakan tenaga dan pikiran para
seniman Indonesia, dan telah mempersiapkan apa yang perlu dilakukan. Pada tahun
1942 didirikan suatu badan pemerintah bernama Keimin Bunka atau Badan Pusat
Kebudayaan. Badan ini dipimpin oleh orang Jepang (Sakai) dan Sanusi Pane. Tugas
badan ini ialah menghimpun tenaga-tenaga seniman, untuk menciptakan karya seni
(cerita, sandiwara, lukisan, lagu dan sebagainya) yang dapat menggelorakan
semangat rakyat untuk membantu peperangan Jepang. Dari badan inilah tersiar
karya-karya sastra bercorak propaganda membantu Jepang.
Mula-mula para sastrawan dengan semangat yang menggelora memenuhi karya-karya
pesanan pemerintah ini, tetapi tiada berapa lama kemudian banyak seniman
(kebanyakan seniman muda) yang merasa diri menadi budak, dan melepaskan diri
dari lingkungan kegiatan ini. Terjadilah beberapa kelompok seniman dan
sastrawan.
Mereka yang
merasa sadar bersedia bekerja untuk pemerintah Jepang.
Mereka yang
menampilkan diri bekerja pada pemerintah, tetapi secara pandai menyuarakan hati
nurainya sendiri.
Mereka yang
bersikap tidak mau bekerja pada pemerintah dan diam-diam bergerak secara
hati-hati untuk menyelamatkan diri dari tindakan Jepang.
Sandiwara merupakan bidang kesenian
yang cukup berdaya guna sebagai alat propaganda. Oleh karena itu di masa Jepang
cerita sandiwara (drama) berkembang dengan subur. Badan Pusat Kebudayaan juga
membentuk Persatuan sandiwara dengan nama
7
Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa (POSD), yang akan
menetaskan drama-drama bersifat propaganda.
2.3 Kegiatan Kesenian
Di luar badan pusat kebudayaan terdapat kegiatan
kegiatan kesenian dan kesusastraan, terutama dilakukan oleh seniman dan
sastrawan muda untuk mengimbangi propaganda jepang. Beberapa kegiatan tersebut
adalah:
1. Perkumpulan
sandiwara maya
Perkumpulan ini didirikan oleh Umar Ismail, El hakim
(dr. Abu Hanifah), Rosihan Anwar. Mereka adalah sastrawan sastrawan muda yang
dngan cepat memahami apa yang menjadi tujuan jepang. Perkumpulan ini
digunakan sebagai media untuk mengembangkan rasa cinta kita terhadap bangsa
melalui pertunjukan drama, dengan batas batas yang dilakukan.
Contoh drama drama yang disebar luaskan melalui
perkumpulan ini, antara lain:
Citra, api, liburan seniman, mutiara dari nusa laut,
mekar melati, dewi peni dan lai lain.
2. Angkatan
baru
Ini adalah sebuah himpunan satrawan
muda yang bernama Angkatan baru, kegiatanya menyelenggarakan diskusi tentang
kesenian dan kesusastraan sebulan sekali. Sebagian besar sastrawan yang
bergabung dalam himpunan ini adalah sastrawan yang tidak mau bekerja pada
pemerintah jepang.
Dalam perkumpulan tersebut munculah
sastrawan muda yaitu Chairil Anwar yang secara tegas mengemukakan pendapatnya
yang baru tentang kasusastraan, khususnya dalam puisi.dari kelompok ini karya
karya sastra yang dalam masa jepang tidak dapat tersiar, Karenna tidak sesuai
dengan harapan pemerintahan, meskipun begitu, karya sastra ini tetap beredar
dari tangan ke tangan.
8
2.4 Ciri
Karya Sastra dalam Masa Jepang
2.4.1 Ciri-ciri Berdasarkan Tema
Berdasarkan tema karangan dapat kita sebutkan adanya
corak sebagai berikut.
a.
Karangan
karangan bercorak propaganda
golongan ini terdiri atas karangan
yang disiarkan oleh Keimin Bunka Shidosho, yaitu karangan yang dipesan oleh
emerintah berupa cerita, sajak, drama, dan sebagainya. Yang dimaksudkan untuk
membangkitkan semangat rakyat.
Contoh:
- kami perempuan (karangan armijn pane)
-cinta tanah air (karangan nur rahman iskandar)
-palawija (karangan halim atau R.O. Hanka,)
b. Hasrat untuk
merdeka yang tertekan
Pada masa jepang juga terpancar
karangan karangan yang bertema nasionalisme, yang teasa samar samar.
Contoh:
-gita Negara (karangan samsul munir azhar)
-kisah di waktu pagi (karangan rosihan anwar)
-lukisan (karangan rosihan anwar)
c.
Perasaan
kecewa
Perasaan kecewa dan benci melihat
tindakan tindakan yang berlawanan dengan janji janji jepang tampa dalam
karangan karangan yang bertema protes atau kecewa.
Contoh:
-pahit (karangan amal hamzah)
-birambang (karangan amal hamzah)
-melaut benciku ( karangan amal hamzah)
8
d. Sikap
mengejek
Sikap mengejek kepada kenyataan
hidup yang menekan, serba bertentangan, antara semboyan dan kenyataan ,
tercermin dalam karangan karangan golongan sinisme.
Contoh:
-kota harmoni (karangan idrus)
-sanyo ( lukisan, karangan idrus)
-heiho (cerpen, karangan idrus)
e. Sikap acuh tak acuh
Sikap acuh tak acuh dan berpalingdari kenyataan hidup
yang tidak menggembirakan.
Contoh:
-Radio
masyarakat (karangan osihan anwar)
-liburan
seniman (karangan umar ismail)
-kejahatan
membalas dendam (dram,a karangan idrus)
f.
Simbolis
Suatu jenis perasaan kecewa dan
tidak senang yang bersembunyi , menghasilkan karangan karangan yang
bersifat simbolis, yang menyindir kehidupan manusia dalam bentuk lambang.
Contoh:
-tinjaulah dari sana (karangan mari amin)
-dengar keluhan pohon mangga (karangan maria amin)
-bunglon (sonata, karangan samsul munir azhar)
10
2.4.2 Ciri Karya Sastra Berdasarkan Bentuk
a. karangan berbentuk prosa
kecuali bentuk karangan prosa
seperti yang berkembang dalam masa pujangga baru,dalam masa pendudukan jepang
muncul para penulisan bentuk prosa dengan gaya baru dari tangan sastrawan
idrus. Bentuk prosa idrus ini sederhana, ekonomis dalam penggunaan kata, tiap
patah kata yang digunakan dalam karangan mengandung makna yang dalam.pokok
masalah yang diangkat biasanya diambil dari peristiwa seharihari.
b. bentuk karangan puisi
Dalam masa pendudukan jepang mulai
berkembang jenis sajak bebas, yang dirintis oleh chairil anwar dan
diikuti oleh penyair penyair muda, dan terus berkembang dalam masa masa
berikutnya.dasar terciptanya sajak bebas ini adalah sajak diciptakan dengan
pola isi menentukan bentuk , bukan isi mengikuti pola bentuk yang sudah
ditetapkan lebih dulu.
Sonata merupakan jenis puisi yang
sangat digemari dalam masa pujangga baru, hanya dijumpai beberapa sajadalam
masa jepang antara lain: laksamana ombak, Karenna kasih, mungkin?, bunglon,
menanti fajar.
c. bentuk karangan prosa lirik
bentuk karangan ini berkembang juga
dalam masa pendudukan jepang. Cukup banyak karangan berbentuk prosa lirik yang
kita jumpai dalam masa ini, antara lain:
-
Tinjaulah
dunia sana, dengar keluhan pohon mangga tuan turutlah merasakan, terawang
setingkai kembang melati, asokamala dewi, permintaan terakhir.
d. Bentuk
karangan drama
Dalam masa jepang pertumbuan an penulisan drama sangat subur. Kegiatan
perkumpulan sandiwara yang ada pada masa itu mendorong perkembangan penciptaan
drama. Pada umumnya di linkungan oesaha sandiwara djawa tercipta drama dama
propaganda. Akan tetapi dari lingkungan perkumpulan sandiwara maya, tokoh tokoh
drama usmar ismail dan elhakim dengan giat mengadakan eksperimen penciptaan
drama modern, sehinggah terciptanya karangan drama yang bernilai seni kuat.
Para sastrawan yang giat mnciptakan drama dalam masa jepang, anara lain: umar
ismail, dr, abu hanifah, amal hamzah, armijn pane, idrus, kotot sukardi,
rosihan anwar, l.k. bohang.
11
2.5 Beberapa Sastrawan dan Karyanya
Buku sumber
tentang sastra di masa Jepang tidak banyak. Satu antologi yang berharga,
terutama dari segi dokumentasi sastra ialah Kesusastraan Indonesia di Masa
Jepang, yang disusun oleh H.B. Jassin. Kita dapat memperoleh bahan tentang
pengarang-pengarang masa Jepang dan hasil karangannya terutama dari antologi
tersebut. Di samping itu, H.B. Jassin juga menyusun suatu antologi lain yang
berjudul Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi 1942-1948, yang di dalamnya
termuat juga beberapa hasil karangan yang di tulis di masa Jepang.
Antologi
lain, yaitu kumpulan cerpen dan lukisan yang diterbitkan oleh Balai
Pustaka pada tahun 1946 yang berjudul Pancaran Cinta. Antologi tersebut
terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1.
Mengembara
di Angan-Angan, meliputi cerpen Ujian yang Berat (Asmara
Bangun); Cinta Abadi (Asmara Bangun); Asokamala Dewi (Usmar
Ismail SMA).
2.
Hidup
Membayang, meliputi cerita Di Tepi Kawah (Bakri Siregar); Menyinggung
Perasaan (Matu Mona); Permintaan Terakhir (Usmar Ismail SMA).
3.
Antara
Langit dan Bumi, meliputi cerita Radio Masyarakat (Rosihan
Anwar); Arus Mengalir (Karim Halim); Darah Laut (H.B. Jassin).
4.
Berjejak di
Atas Bumu, meliputi cerita Istri Tabib (Taharuddin
Hamzah); Teropong (Amal Hamzah); Kalau Talak ‘lah Jatuh (Muhammad
Dimyati); Kebaikan Hidup Bertetangga (Ramalia Dahlan).
Beberapa pengarang di masa Jepang,
yaitu:
1. Rosihan
Anwar
Seprti yang
telah disebutkan, Rosihan Anwar termasuk seorang pengarang yang tidak terpengaruh
oleh propaganda Jepang sejak permulaan. Cerpennya yang terkenal yang berjudul Radio
Masyarakat mengisahkan kehidupan seorang pemuda yang terombang-ambing
jiwanya karena merasa tidak dapat menyesuaikan diri dengan semangat baru para
pemuda pada waktu itu. Walaupun ia memperoleh suntikan-suntikan semanagat dari
seorang dokter, ia dalam kebimbangan. Akhirnya, ia pergi ke Palembang untuk
mendapatkan ketentraman hati.
Puisi-puisi
Rosihan Anwar yang ditulis di masa Jepang antara lain Seruan lepas, Lahir
dengan Batin, Untuk Saudara, Bertanya, Damba, Kisah di Waktu Pagi, Lukisan, dan
Manusia Baru.
11
Rosihan
Anwar juga menulis esai tentang pengarang di masa Jepang, antara lain berjudul Usmar
Ismail yang Saya Kenal dan Cita-Cita Film Nasionalnya. Sifat religius dan
nafas kebangsaan terpancar jelas dalam karangannya:
Lukisan
Kepada Prajurit
Di atas trem penuh pepak
Di sudut saja tempatku tegak.....
Duduk di depanku prajurit muda
Seluruh sikapnya “lukisan” nyata:
Contoh manusia
Tenang tegang,
Insafkan diri
Berharga tinggi,
Takkan sudi
Diperkuda-kuda
Memandang “lukisan” berkata hatiku
Beginilah harus Pemuda selalu
Penuh percaya kesanggupan diri
Jiwa utama pendirian pasti
Kuat bercita bertujuan suci
Prajurit muda tiada kukenal
Walaupun engkau tidaklah tahu
Tapi di hati kutanam janji
Bersaudara kita semenjak kini
Sambut tanganku satu tujuan:
Mari bersama menuju Kemenangan!
11
Lamalah sudah bangsa menanti.....
Semakin banyak masuk penumpang
Trem meluncur ke Tanah Abang
Karangan
Rosihan Anwar yang berupa novel yang sudah diterbitkan berjudul Raja Kecil,
Bajak Laut dari Selat Malaka, sebuah novel sejarah tentang Semenanjung awal
abad ke-18.
2. Usmar Ismail
Usmar Ismail
adalah seorang pengarang drama yang terkenal di masa Jepang. Ia bekerja pada
Pusat Kebudayaan dan menjadi orang penting di badan itu. Akan tetapi, karena ia
tidak puas dengan cara kerja Pusat Kebudayaan maka bersama-sama dengan rosihan
Anwar, El Hakim, di bantu oleh para seniman lain, ia mendirikan perkumpulan
drama penggemar (amatir) yang bernama Maya.
Perkumpulan
Maya didirikan menjelang pertengahan tahun 1944 dengan cara antara lain:
menyelenggarakan drama radio, drama pentas, membacakan cerpen radio, dan
sebagainya.
Beberapa
drama yang telah dipentaskan ialah:
1.
Tiga drama
El Hakim: Taufan di Atas Asia, Dewi Reni, Intelek Istimewa (kemudian
dibukukan bersama dramanya yang berjudul Insan kamil, dengan judul Taufan
di Atas Asia);
2.
Jeritan
Hidup Baru saduran Karim Halim dari De K;eine Eyolf karangan
Ibsen.
3.
Drama Usmar
Ismail yang berjudul Liburan Seniman. Adapun drama radio yang pernah
disiarkan antara lain Pamanku, Tempat yang Kosong, dan Mutiara dari
Nusa Laut, semuanya karangan Usmar Ismail.
Di samping itu, Usmar Ismail menulis
pula drama yang berjudul Api, Citra, dan Mekar Melati. Citra dan
Mutiara dari Nusa Laut pernah dipentaskan oleh perkumpulan drama
profesional Bintang Surabaya. Ketiga dramanya yang berjudul Citra, Api, dan
Liburan Seniman diterbitkan dalam satu kumpulan Seri Sandiwara
dengan judul Lakon-Lakon Sedih dan Gembira, yang diberi pengantar oleh
H.B. Jassin.
Dengan usaha-usaha tersebut,
sebenarnya Maya telah merintis beberapa hal, antara lain:
a)
Menyatakan
para seniman dan berbagai cabang seni untuk mendapatkan keselarasan dalam
pementasan;
b)
Mengadakan
usaha pembaharuan di bidang penceritaan, dekorasi, tata pentas, dan lain-lain;
c)
Mencoba
mementaskan drama asing, misalnya drama saduran dari Henrik Ibsen.
11
Cita-cita Usmar Ismail tentang
perbaikan drama tampak jelas pada lakonnya yang berjudul Liburan Seniman. Pelaku-pelaku
utama dalam lakon itu adalah Surono, seorang juru tulis yang berkecakapan
mengarang, R. Garmoyono, dan Kertalasmana, kawan Surono “artis” cap lama.
Walaupun dalam permulaan lakon itu disebutkan bahwa “segala pelaku dan segala
kejadian tidak berhubungan dengan orang-orang serta peristiwa yang pernah
ada atau sedang ada”, jelas sekali bahwa dengan lakon itu Usmar Ismail hendak
membuat semacam “perhitungan habis” dengan tokoh-tokoh tua di bidang drama dan
kepengarangan (Usmar Ismail, 1974: 199).
Surono adalah personifikasi dirinya
sendiri, Garmoyono mengingatkan kita pada Armijn Pane dalam hal kelicikannya,
sedangkan Kertalasmana adalah perwujudan Anjas Asmara, tokoh tua dalam drama.
Di samping terkenal dalam bidang
drama, Usmar Ismail juga menulis cerpen dan puisi. Beberapa cerpennya antara
lain berjudul Asokamala Dewi, Permintaan Terakhir, sedangkan
puisi-puisinya sudah diterbitkan dalam satu kumpulan berjudul Puntung
Berasap.
Beberapa tahun sesudah kemerdekaan
Usmar Ismail banyak di bergerak di bidang perfilman. Tahun 1949 ia berhasil
memimpin sendiri film Citra-nya pada perusahaan South Pasific. Tahun
1950 bersama-sama dengan Rosihan Anwar ia mendirikan Perusahan Film Nasional
Indonesia atau Perfini. Beberapa film yang telah diproduksi antara lain: Darah
dan Do’a atau Long March Siliwangi, Enam Jam di Yogya, Dosa Tak Berampun
(berdasarkan drama Jepang: Chichi, Kaeru yang disadur Usmarmenjadi Ayahku
Pulang), dan lain-lain.
Dalam bidang organisasi Usmar Ismail
pernah menjadi Ketua Umum Lesbumi (Lembaga Seni budaya Muslim Indodonesia),
satu lembaga kebudayaan di bawah naungan Partai NU pada waktu itu. Lembaga
tersebut pernah menerbitkan majalah kebudayaan bernama Gelanggang.
Dalam setiap karangan Usmar Ismail,
terasa dorongan jiwa romantik yang kemudian terjelma dalam satu keselarasan
unsur-unsur keindahan, cita-cita kebangsaan, dan jiwa ketuhanan. Berikut ini
pembuka lakon drama “Api” seluruhnya.
11
Pembuka
Lakon
Ya anak Adam! Janganlah sampai iblis
dapat menggoda engkau seperti juga dia telah mengusir orang tuamu dari Taman
Firdaus. Dirampasnya baju mereka, hingga nyatalah kejahatan mereka....
-Karena iblis itu, melihat engkau,
dia dengan bangsanya, dari suatu tempat yang tak kelihatan olehmu;
sesungguhnyalah kami selalu mengangkat iblis itu akan jadi penjaga mereka yang
tidak beriman!
Demikianlah firman Tuhan di dalam
kitab suci, menegaskan bahwa sesungguhnya iblis itu musuh manusia yang ingin
mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah. Demikianlah Allah telah
menentukan, supaya manusia berjuang untuk menundukkan iblis itu.
Karena iblislah yang merintangi
kemajuan manusia dari tingkat yang rendah menjelang tingkat yang tinggi.
Berfirmanlah Tuhan dalam Al-Qur’an:
-Dan ditiuplah serunai pada hari
pembalasan. Dan datanglah tiap roh dan dengan dia seorang penghasut (iblis) dan
seorang saksi (malaekat).
Dan sesungguhnya dalam tiap manusia
itu, bersarang yang jahat dan yang baik. Dan selama manusia masih percaya akan
keadilan Tuhan, tiadalah pula ia ragu-ragu, bahwa perjuangan melawan yang keji
dan jahat itu adalah semata-mata untuk memberi kesempatan juga adanya, supaya
manusia merebut kembali Taman Bahagia di sisi Tuhan.
Dan apabila manusia itu bisa
ditaklukkan oleh nafsu iblis yang semena-mena, maka jatuhlah atasnya hukuman
yang diberikan Tuhan kepada iblis:
-Aku kutuki engkau hingga hari
Pembalasan. Demikian lakon ini mencoba memberi bukti dengan contoh yang
nyata-nyata akan keadilan Tuhan
Dan dalam masa perjuangan sekarang
ini, apabila kita sudah yakin seyakin-yakinnya, bahwa kita sudah sanggup
menaklukkan iblis di dalam diri sendiri, maka dalam menghadapi musuh yang sudah
kena nafsu iblis pula untuk menjajah sesama, tiada kita akan gentar sedikitpun.
Kita yakin, kita melawan kejahatan
dengan kesucian yang ada pada kita, dan tiadalah Tuhan akan menyia-nyiakan
makhluknya yang beriman.
Mudah-mudahan, Amin ya Rabbal
‘alamin.
(Jakarta, bulan IV. 1945)
11
3.
Amal Hamzah
Rosihan
Anwar dalam satu tulisannya menerangkan bahwa Amal Hamzah pun termasuk
pengarang yang pernah bekerja pada Pusat Kebudayaan. Ia seorang pengarang yang
mulai menulis pada zaman Jepang, dan termasuk pengarang yang pada mulanya
percaya akan janji-janji Jepang, walaupun kemudian ia banyak mengalami
kekecewaan.
Dalam
karangannya yang awal jelas tampak jiwa romantik seperti halnya abangnya, Amir
Hamzah. Hal itu dapat kita rasakan pada karangan-karangannya permulaan, baik
yang berupa prosa maupun yang berupa puisi. Beberapa karangannya telah
dibukukan dalam satu kumpulan yang berjudul Pembebasan Pertama (1949).
Akan tetapi,
dalam karangannya yang kemudian, Amal Hamzah telah berubah menjadi seorang
realis yang tajam, bahkan cenderung untuk dikatakan seorang materialistis yang
kasar. Mungkin keadaan yang pahit yang penuh dengan tekanan dan penderitaan di
masa Jepang membuat Amal Hamzah dari seorang yang romantik idealistis berubah
menjadi seorang realis yang materialistis, sikapnya yang kasar itu tampak pada
cerpen-cerpennya yang berjudul Bingkai Retak, Teropong, dan juga
pada beberapa puisinya.
Pagi
Azan mu’alim sunyi membubung
Suasana pagi hari mendung
Memanggil umat berhening diri
Sujud khidmat pada Ilahi
Aku bergolek pada tempat tidurku
Mengenang nasib tak pernah tertuju
Hampir bertuju kulepaskan mesti....
Sejuk sedap suara seruan
Menghimbau engkau di langit tinggi
Sekejap lenyap segala deritaan
Dalam mendengar pujaan seni.
Mengenang melimpah kedua mataku
Mendengar suara mu’alim sunyi
Di atas menara tegak berdiri
11
Menyeru Allah di waktu pagi
Ingin aku menjadi suara
Di pagi waktu menjelang hari
Naik meninggi kecerpu Ilahi
(Kes. Indonesia di Masa Jepang)
Semberono
Bukan aku tak tahu
Bahwa lereng ngarai itu curam
Dan rintis di situ sempit serta lincir
Bila terpeleset kakiku
Tubuh ini tiada berguna lagi
Rangka hidup menunggu mati...
Tapi aku orang semberono
Bermain bersenda dengan neraka
Kurangkum neraka bermulut api
Kuterjang sekali segala ajaran suci!
(Kes. Indonesia di Masa Jepang)
Dari dua
puisi di atas tampak jelas perubahan sikap dan perkembangan jiwa Amal Hamzah.
Dari jiwa religius yang mistis menjadi seorang yang tidak ambil pusing lagi
dengan segala ajaran suci.
Empat
kumpulan puisinya yang belum diterbitkan ialah Gita Cinta, Kenangan Kasih,
Topan, dan Sine Nomine. Ia juga menerjemahkan karangan Rabindranath
Tagore yang berjudul Gitanyali dan beberapa karangan Tagore yang lain
dalam kumpulan Seroja Gangga. Di samping itu, ia juga menerjemahkan
beberapa karangan Notosuroto (seorang pengarang yang terpengaruh R. Tagore)
yang aslinya dalam bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia, yaitu Untaian
Bunga (Bloeme Ketenen) dan Kuntum Melati (Melati Knoppen).
11
Amal Hamzah
terkenal sebagai seorang penyair dan cerpenis, tetapi ada juga karangannya yang
berbentuk drama yaitu Tuan Amin dan karangannya berupa kritik yang sudah
diterbitkan dalam satu kumpulan yang berjudul Buku dan Penulis.
Tuan Amin merupakan
drama singkat satu babak yang bercorak sinis yang konon ditujukan kepada
pengarang-pengarang yang bekerja pada Pusat Kebudayaan, yang dianggapnya
sebagai rumah gila. Akan tetapi, Amal Hamzah sendiri bekerja pada badan itu,
tampaknya sindiran itu terutama ditujukan kepada pengarang-pengarang yang
bersedia mengorbankan nilai seni dan martabat kemanusiaan untuk kepentingan
fasisme Jepang.
Buku dan
Penulis merupakan kumpulan kritik yang lebih bersifat impresionistis (estetis);
karena kritik yang termuat di dalamnya sekedar berupa sinopsis (ringkasan
cerita) dan sedikit uraian tentang hal-hal yang menarik dari karangan itu. Hal
ini sesuai dengan kata pendahuluan buku itu, yang “tiada Indonesia kepada
umum”. Novel dan drama yang dibicarakan dalam buku itu semuanya diterbitkan
sebelum perang, kecuali satu sketsa Idrus yang berjudul Surabaya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Zaman
penjajahan jepang di Indonesia mendahului terlahirnya angkatan ‘45. Jepang
menjajah Indonesia terkenal dengan kekejamannya. Akibat dari kekejaman tersebut
sastrawan Indonesia merasa ragu-ragu dan bimbang karena tidak tahu akan
tujuan jepang yang sebenarnya, selalu diliputi ketakutan, rasa benci
terhadap tindakan dan perlakuan jepang. Namun para sastrawan Indonesia
bersikap hati-hati. Dampak dari perlakuan Jepang terhadap rakyat
Indonesia membuat banyaknya sastrawan yang bermunculan dengan
karya-karyanya yang menggambarkan keadaan dan penderitaan yang dialami pada
waktu itu.
Kritik dan Saran
Dalam pembahasan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan
terbatasnya bahan dan panduan dalam penyelesaian makalah ini. kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk perbaikan
kedepannya. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua.
19
Daftar
Pustaka
Anwar, M. Shoim.2012. Sejarah Sastra Indonesia.
Sidoarjo: Media Ilmu.
http://suprashter.ml
(10 Maret 2017). Sastra zaman jepang.
21
Terima kasih